1) TUHAN YESUS
tidak menjawab pertanyaan mereka, tetapi menegur mereka karena motivasi mereka
yang salah dalam mengikuti DIA (ay 26).
Hal-hal yang bisa dipelajari:
a) TUHAN YESUS tahu motivasi kita dalam mengikut DIA.
IA bukan hanya mempersoalkan kerajinan ataupun semangat seseorang dalam
mengikuti DIA, tetapi juga motivasi dan tujuan orang itu dalam mengikut DIA.
Kelihatannya orang-orang itu mencari TUHAN YESUS,
tetapi sebetulnya tidak (bdk. Ro 3:11). Bahkan sebetulnya mereka juga tidak
peduli pada tanda yang diadakan oleh KRISTUS (ay 26).
b) Motivasi salah dari orang-orang itu:
· Kelihatannya
orang-orang itu mencari TUHAN YESUS, tetapi sebetulnya tidak (bdk.
Ro 3:11). Bahkan sebetulnya mereka juga tidak peduli pada tanda yang
diadakan oleh KRISTUS (ay 26).
· Calvin: “They
sought in CHRIST something other than CHRIST HIMSELF” (= mereka
mencari dalam KRISTUS sesuatu yang lain dari pada KRISTUS SENDIRI).
“In like manner, there are many persons in the present day who
would gladly embrace the gospel, if it were free from the bitterness of the
cross, and if it brought nothing but carnal pleasures”(= demikian juga, ada
banyak orang pada jaman ini yang mau dengan gembira memeluk Injil, kalau saja
itu bebas dari kepahitan salib, dan kalau saja itu hanya membawa kesenangan
daging semata-mata).
“They were moved not by full hearts, but by full bellies” (= mereka digerakkan
bukan oleh hati yang penuh, tetapi oleh perut yang kenyang).
William Barclay berkata bahwa melalui kalimat ini seakan-akan
TUHAN YESUS berkata: “You cannot think about your souls for thinking of your
stomachs” (kamu tidak dapat berpikir tentang jiwamu karena kamu berpikir
tentang perutmu).
Perlu juga diingat bahwa
iman kita juga adalah pemberian ALLAH (Fil 1:29 Kis 11:18
Yoh 6:65 Yer 24:7 1Kor 12:3), sehingga keselamatan
tetap bukan hasil usaha kita tetapi pemberian cuma-cuma dalam TUHAN YESUS
KRISTUS (Ef 2:8-9 Ro 3:24). Manusia berdosa (di luar KRISTUS) tidak bisa
berbuat baik (Tit 1:15). Kebaikan tidak bisa menutupi / menghapus dosa (Gal
2:16,21).
Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever
plagued the mind of man was the idea that somehow he could make himself good
enough to deserve to live with an all-HOLY GOD” (ajaran sesat yang
paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah mengganggu pikiran manusia
adalah gagasan bahwa dengan cara tertentu ia bisa membuat dirinya sendiri cukup
baik sehingga layak untuk hidup dengan ALLAH YANG MAHA SUCI).
Yohanes 6 : 28, 29 bahwa keselamatan / hidup kekal adalah
suatu free gift (= pemberian cuma-cuma /
gratis). Bdk. Ro 3:24.
Matius 19:13-30
Pertama, menganggap diri paling layak mengikut TUHAN, yang
diwakili oleh sikap para murid TUHAN YESUS. Mereka menganggap diri sebagai
pengikut-NYA yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa,
sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati YESUS (ayat
13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang
kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah ALLAH dan
mengikuti tata peraturan agama (ayat 16,18,20). Oleh karena itu, ia ini yakin
bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada TUHAN YESUS bukan lahir dari
ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa
paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu
hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).
Terhadap
motivasi keliru ini TUHAN YESUS menjawab tegas bahwa DIA melihat hati! DIA
mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah
Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan
adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang
telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut YESUS, akan mendapatkan
dirinya diperkaya dengan keluarga besar ALLAH (ayat 28-29). Sebaliknya mereka
yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).
TUHAN YESUS menunjukkan dua prinsip penting dalam
pelayanan. Pertama, kepemimpinan yang melayani (35). Dunia berpandangan bahwa
seorang pemimpin haruslah orang yang terkemuka dan mendapatkan banyak
fasilitas. Sebaliknya, pemimpin dalam konteks pengikut KRISTUS adalah pemimpin
yang melayani. Untuk menjadi pemimpin yang melayani dibutuhkan kerendahan hati.
Prinsip kedua
adalah kerendahan hati! TUHAN YESUS memakai contoh menyambut anak kecil sebagai
ilustrasi kerendahan hati. Menyambut anak kecil seperti menyambut TUHAN YESUS
sendiri membutuhkan kerendahan hati (37). Dalam mengikut KRISTUS hendaknya
segala bentuk motivasi yang berorientasi pada diri sendiri dan kemuliaannya
harus dibuang.
Sebagaimana teguran yang ditujukan
kepada para murid, teguran itu juga berlaku untuk kita? Sudahkah kita memiliki
motivasi yang benar dalam mengikut KRISTUS? Ataukah kita masih memiliki ambisi
dan keinginan pribadi tersembunyi di balik kehidupan Kristiani yang kita
jalani? Hanya kita yang tahu. Namun apa pun kondisi kita, mintalah kepada
KRISTUS, agar TUHAN memberikan motivasi yang murni sebagai pengikut sejati.
Pertama, dikisahkan dalam Luk 9:57, “Ketika
TUHAN YESUS dan murid-muridNYA melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah
seorang di tengah jalan kepada YESUS: “Aku akan mengikut ENGKAU, kemana saja
ENGKAU pergi.” Komitmen yang ditunjukkan dengan antusias seperti ini
termasuk sangat baik namun TUHAN YESUS yang telah mengetahui maksud dan
tujuannya, memberikan respon negatif dengan mengatakan, “Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi ANAK MANUSIA tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya” (Luk 9:58) yang berarti
bahwa tidak ada yang dapat diharapkan dari anak muda karena TUHAN YESUS tidak
dapat dimanipulasi oleh siapapun.
Kedua, dalam Luk 9:59 dicatat bahwa TUHAN
YESUS lah yang berinisiatif kali ini dengan berkata, “Ikutlah AKU.”
Tetapi orang yang diajak NYA memperlihatkan keberatan dengan menjawab, “Izinkanlah
aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Lalu TUHAN YESUS sekali lagi berespon
negatif, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah KERAJAAN ALLAH di mana-mana” (Luk 9:60).
Ungkapan ‘menguburkan bapaku’ bukan berarti ayahnya telah
meninggal tapi menunjukkan bahwa seorang anak dianggap sudah menyelesaikan
tanggung jawabnya kepada orangtua setelah mereka meninggal. Jika mereka masih
hidup maka si anak harus taat mutlak kepadanya. Menurut logika manusia, budaya
ini memang wajar namun dalam prinsip kebenaran FIRMAN TUHAN, konsep ini sangat
tidak wajar dan bersifat merusak karena Kekristenan menuntut setiap anak
TUHAN untuk mengetahui dan memahami ordo secara tepat. Sudah selayaknya,
seorang anak harus tunduk kepada orangtua tapi ia harus lebih tunduk kepada
TUHAN daripada orangtuanya karena otoritas TUHAN berada di posisi yang lebih
tinggi daripada orangtua. Sedangkan ungkapan ‘orang mati menguburkan
orang mati’ secara esensial mempunyai pengertian bahwa biarlah orang
yang binasa karena melawan TUHAN, menguburkan sesamanya. Selanjutnya, TUHAN
memerintahkan, “Pergilah dan beritakanlah KERAJAAN ALLAH” sebagai
bukti keselamatan seorang anak TUHAN.
Ketiga, TUHAN YESUS tidak lagi berinisiatif
mengajak melainkan manusia kembali menunjukkan inisiatifnya untuk mengikut
TUHAN YESUS, namun masih disertai dengan suatu keberatan, “Aku akan
mengikut ENGKAU, TUHAN, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan
keluargaku” (Luk 9:61). Maka respon negatif
segera diberikan oleh TUHAN YESUS, “Setiap orang yang siap untuk
membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk KERAJAAN ALLAH” (Luk
9:61). Kebiasaan minta ijin ini seringkali membahayakan Kekristenan sehingga
harus diwaspadai. Jika mau mengikut TUHAN YESUS, menuntut jemaatNYA untuk tidak
menengok ke kanan dan kiri lalu minta ijin untuk berhenti sejenak, karena
banyaknya godaan di sekeliling yang sanggup memancing mereka untuk keluar dari
jalur TUHAN.
tq
BalasHapus